Berikut
8 poin yang tak sabar lagi untuk keluar dari isi pikiran, hati, dan
hidup yang kujalani selama ini. 8 poin ini merupakan kumpulan pengalaman
hidup pribadi maupun orang yang ada disekitar saya. Selama menjalani
masa pacaran yg penuh dengan pahit manis yang bercampur aduk, banyak hal
yang saya pelajari. Ini hanyalah sebagian kecil dari pengalaman yang
ada, semoga membantu kita semua. Siapa tahu poin-poin ini dapat menjadi
panduan, pegangan maupun masukan bagi siapa saja yang membutuhkan…
1. Jika kamu (wanita) dan seorang lelaki mempunyai perasaan yang
sama, alias “suka sama suka”, belum tentu ia adalah pasangan yg tepat
untukmu.
Karena “perasaan suka” tidak dapat menjadi dasar dan
menepis semua hal lain yang dibutuhkan dari seorang pasangan yang tepat.
Buat wanita yang seringkali mengandalkan perasaan, jangan tergesa-gesa
membuat sebuah keputusan. Begitu pula dengan laki-laki, jgn terlalu
mudah “pacaran atas dasar suka” sebelum mengetahui luar dalamnya.
2. Sering orang berkata, “Masa pacaran adalah masa untuk mencari
pasangan yg terbaik, jadi kalau aku gonta-ganti pacar, nggak papakan?
Namanya juga proses pencarian..
”Sungguh pandangan yang
menurutku aneh. Justru masa mencari pasangan yang terbaik adalah “masa
bersahabat”. Bersahabatlah sebanyak-banyaknya, kenali semua kandidat
yang mungkin saja suatu hari nanti akan menjadi pasanganmu. Sedangkan
masa pacaran adalah masa dimana kamu berkomitmen mengenali pasangan kamu
lebih dalam, membangun hubungan yang serius, serta membicarakan masa
depan (meski kamu masih muda, tapi justru baik jika memiliki planning
masa depan yang baik, bukan berarti kamu mau nikah muda, dsbnya). Grow
up! everything must be in your planning.. jangan berjalan sesuai dengan
aliran air yang nggak tahu akan membawa kamu kemana perginya.
Coba pikir kalau kamu memegang prinsip masa pacaran adalah masa
pencarian, berapa banyak pasangan yang akan kamu ‘uji coba’? berapa
banyak pihak yang akan kamu sakiti? dan begitu juga dengan diri sendiri
tersakiti, jatuh bangun dalam berpacaran, kuliah terganggu, dsbnya.
Justru pencarian itu terdapat pada masa bersahabat, dan akan
meminimalisir pihak-pihak yang tersakiti.
3. Jika kamu tidak yakin akan menikah dengan orang ini suatu
saat nanti, maka kamu juga nggak bisa semudah itu mengambil keputusan
untuk berpacaran dengan orang tersebut.
Salah satu teman saya awalnya berpacaran dengan seseorang yang berbeda kepercayaan. Yahh hanya pacaran kok, toh aku juga nggak akhirnya akan nikah sama dia,
begitu awal pikirannya. Hanya untuk mengisi kekosongan hati kurasa.
Sadar atau tidak, wanita itu haus dengan perhatian laki-laki (baru
kusadari ketika membaca buku “every young women’s battle”). Hanya saja
kadang wanita suka menggunakan cara yang salah demi tercapainya kehausan
akan perhatian. Salah satunya ya dengan mengisi status pria didalam
hidupnya tanpa mikir panjang. Ahkirnya sampai sekarang hidup berlanjut
dengan dilema, terlanjur sayang, hubungan sudah berjalan lama, tetapi
terdapat perbedaan agama. Nggak cuma agama, bisa juga orangtua yang
nggak menyetujui, akhirnya hubungan terpaksa harus terputus ditengah
jalan. Yang sakit siapa? Kamu dan pacarmu. Jadi, kalau tidak yakin akan
menikah dengan dia, kenapa harus coba-coba untuk pacaran? Jangan
berpikir, ahhh ngapain pikir jauh-jauh, akukan masih muda gitu lho..
Keputusanmu hari ini menentukan masa depanmu, sayang.
Setelah menonton film “What May Come” saya semakin terkagum-kagum, dan
merasa sangat kecil jika dibandingkan dengan prinsip yang dipegang tokoh
utama wanita di film tersebut. Seorang wanita seharusnya jangan begitu
mudah menyerahkan hatinya untuk seorang pria. Hati wanita begitu rapuh,
rentan tersakiti, jadi jika kamu tidak menyerahkannya kepada orang yang
tepat, siap-siaplah untuk tersakiti dikemudian hari. Sebelum yakin
dengan orang yang akan menjadi calon pasanganmu, jangan menaruh
keyakinan untuk menaruh hatimu padanya…
Saya ingat perkataan salah seorang sister, “jika tidak yakin, jangan
terlalu serius pacarannya..” Namun sebenarnya pernyataan yang tepat
adalah “jika tidak yakin, jangan berani untuk pacaran dan akhirnya
tersakiti,,” T.T biarpun tidak serius dalam menjalani suatu hubungan,
akuilah wanita sangat lemah dengan perasaannya..
4. Mengambil keputusan di masa tenang.
Jika dikampus
ada yang namanya “minggu tenang”, yaitu jatah waktu yang diberikan
kampus kepada mahasiwa untuk mempersiapkan ujian semester. Nah, ketika
kamu ingin mengambil keputusan apakah akan menjalani hubungan pacaran
dengan seseorang, milikilah masa tenang terlebih dahulu. Hal ini untuk
menghindari pengambilan keputusan yang hanya mengandalkan perasaan tanpa
adanya logika.
Ambil waktu dimana kamu tidak bertemu dengan si dia, atau jalan bareng,
atau melakukan aktivitas lainnya bersama, sehingga perasaan suka mu
tidak mendominasi pikiranmu. Bisa dalam waktu seminggu, sebulan, bahkan
ada yang sampai berbulan-bulan. Rentang waktu tentu saja tidak mutlak,
bergantung pada diri orangnya masing-masing. Yang penting sampai kamu
benar-benar bisa menenangkan perasaan dan menjaga hati tetap murni.
Tentu saja satu hal yang penting, doakan itu, tanya Tuhan. Jangan
mengambil keputusan sendiri jika kamu mengaku sebagai orang yang
ber-Tuhan. Hal yang juga sangat penting, belajar membedakan suara
keinginan hatimu dengan keinginan Tuhan.
5. Jangan mengambil keputusan tanpa masukan dan pendapat orang lain.
Taik kambing serasa coklat, Cinta itu buta, de el el… Semua perkataan
itu sebenarnya mau menggambarkan perasaan cinta menggebu-gebu yang bisa
menutup mata hati kita dari kenyataan yang sesungguhnya. Tanyakan
pendapat orang-orang yang mengenal kalian berdua secara luar dalam.
Jangan menanyakan kepada orang yang sama sekali tidak mengenal calon
pasanganmu dan juga yang tidak mengenal kamu sama sekali. Karena
hasilnya akan: SAMA SAJA… Atau tidak ada satu orang pun yang mengenalmu
dan calon pasanganmu secara bersamaan? Itu sudah menjadi salah satu
gejala hubungan tak sehat. Namun bisa segera mengenalkannya bukan?
Menanyakan kepada orang-orang yang sudah mengerti dan pernah menjalani
proses berpacaran itu. Seseorang yang sudah banyak memakan “pakit
manis”nya cinta. Jangan sok kuat dan menjalani semuanya sendiri.
Saya ingat perkataan ibu gembala dalam suatu pengajaran sister, “saya memilih untuk belajar dari pengalaman orang lain, daripada mencoba-cobanya sendiri” (kira-kira
begitulah inti perkataanya). Daripada kamu jatuh bangun, sakit-sakit
sendiri? Lebih baik miliki buku panduan dari orang-orang yang
berkompeten, bukan?
6. Pria suka yang minim?
Ingat iklan salah satu parfum
pria di televisi? Banyak wanita tertipu dengan pandangan itu. Wanita
sering mengira dengan berpakaian yang minim dan sexy, justru pria akan
semakin kesengsem dengannya. Sadarlah, betapa bodohnya pemikiran itu.
Awalnya juga saya mengira pria itu sangat suka wanita yg sexy-sexy. Tapi
ternyata memang godaan terbesar pria adalah dari pandangan visual
matanya. Jadi kalau kamu mau membawa seorang pria jatuh ke dalam dosa,
silakan berpakaianlah seminim mungkin dihadapannya. Dijamin manjur dan
TOP MARKOTOP! Tetapi apakah pria akan mempertimbangkan untuk membangun
hubungan yang serius dengan wanita seperti itu? Setelah membaca beberapa
buku yang ditulis pakar yang berpengalaman mengenai “relationship”
serta menanyakannya kepada beberapa pria terdekat, jawabannya adalah:
TIDAK. Pria tidak suka wanita ‘gampangan’. Gampang mengekspos tubuhnya,
gampang berlenggak lenggok mencari perhatian pria. Pria memang suka
melihat yang indah, yang sexy, tapi bukan yang gampangan.
Nah ketika seorang wanita ingin berpakaian, bijaklah jika ia bertanya
kepada dirinya sendiri, “Apakah saya berpakaian untuk mencari perhatian
orang disekitar saya?” Jika jawabannya tidak, silakan, karena pakaian
itulah yang akan menggambarkan jati dirimu.
jangan bertanya pertanyaan yang berkompromi seperti, “Apakah pakaian saya terlalu menampakkan bagian yang tak seharusnya menjadi konsumsi publik?” akan ada banyak jawaban yang mengkompromikan batasan yang berbeda-beda.
jangan bertanya pertanyaan yang berkompromi seperti, “Apakah pakaian saya terlalu menampakkan bagian yang tak seharusnya menjadi konsumsi publik?” akan ada banyak jawaban yang mengkompromikan batasan yang berbeda-beda.
Godaan pakaian minimmu justru akan membuat laki-laki tertantang dan
tergoda untuk membangun hubungan yang “tak serius” denganmu. Dan ketika
seorang laki-laki meminta ‘lebih’, sering wanita merasa menjadi korban
dari lelaki.
Wanita suka berkata, “Kami wanita tidak akan mengalami pencobaan ini, jika laki-laki tak meminta lebih dan melakukan hal yang aneh-aneh.”
Namun, tahukah kamu apa yang sebenarnya dipikiran sisi lelaki? seorang lelaki menanggapi, “kami kaum lelaki takkan berusaha keras menghadapi cobaan dan godaan ini jika saja wanita mau menghormati dirinya dengan berpakaian rapi dan tidak minim,”
Wanita suka berkata, “Kami wanita tidak akan mengalami pencobaan ini, jika laki-laki tak meminta lebih dan melakukan hal yang aneh-aneh.”
Namun, tahukah kamu apa yang sebenarnya dipikiran sisi lelaki? seorang lelaki menanggapi, “kami kaum lelaki takkan berusaha keras menghadapi cobaan dan godaan ini jika saja wanita mau menghormati dirinya dengan berpakaian rapi dan tidak minim,”
7. Hubungan jarak jauh?
Wah soal hubungan jarak jauh, saya masih belum tahu jelas… :)
Saya hanya bisa berpendapat ada dua poin penting dalam hubungan jarak jauh: Komitmen berkomunikasi yang baik dan secara continue (bisa dengan telepon, sms, atau bergantian bekunjung namun harus secara kontinu). Yang kedua adalah miliki mentor (seseorang yang bisa menjadi penengah diantara kalian ketika terjadi masalah). Dari sisi wanita, ada satu, serta di sisi lelaki juga. Jadi ada dua mentor yang saling memonitorin hubungan jarak jauh kalian. Bukan kontrol, tapi monitor, membantu melihat hal-hal yang kadang tak bisa dilihat oleh diri sendiri.
Saya hanya bisa berpendapat ada dua poin penting dalam hubungan jarak jauh: Komitmen berkomunikasi yang baik dan secara continue (bisa dengan telepon, sms, atau bergantian bekunjung namun harus secara kontinu). Yang kedua adalah miliki mentor (seseorang yang bisa menjadi penengah diantara kalian ketika terjadi masalah). Dari sisi wanita, ada satu, serta di sisi lelaki juga. Jadi ada dua mentor yang saling memonitorin hubungan jarak jauh kalian. Bukan kontrol, tapi monitor, membantu melihat hal-hal yang kadang tak bisa dilihat oleh diri sendiri.
8. Ketika wanita mengoceh, dan pria terdiam.
Ini sudah
pasti dalam keadaan dimana wanita berkata-kata tiada henti sedangkan
pria lebih memilih untuk diam. Wanita bagaimanapun ingin mengungkapkan
isi hatinya, apa yang ia rasakan atas sesuatu hal yang telah pria
lakukan dan wanita menganggap itu hal yang salah. Namun terkadang karena
menggunakan cara yang salah, sehingga pria memilih diam, karena
mengganggap “kalau dijawab pasti dianggap salah lagi”. Padahal mungkin
saja maksud si pria bukanlah seperti yang ditanggap wanita.
Akhirnya ketika wanita selesai berkata-kata, pria tidak memberikan
respon, semakin luarbiasalah perasaan wanita yang geram dan tersinggung
atas perlakukan pria. Hehehe… sungguh dua sosok yang berbeda.. Ketika
tidak menyadari hal ini, yang ada adalah sama-sama tersakiti dan
menyakiti. Lebih baik sadari terlebih dahulu bahwa wanita dan pria
berbeda.
God Love You.. :) just reliaze that God love you and want the best
partner for you.. so don’t choose the wrong partner based on your heart
and your own desire.
Saya teringat perkataan Pastor Harvey Walker,
bahwa pasangan yang tepat akan membuatmu semakin bertumbuh, menjadi
lebih baik dari waktu ke waktu, menjadi semakin dekat dengan-Nya. Namun
pasangannya yang salah hanya akan membebani, membuat kita tak
bersemangat, semakin buruk, dan semakin jauh dari Tuhan. Tuhan nggak
mungkin kasih sesuatu yang akan menjauhkan dirimu dari-Nya. :)
Sekian catatan kecil sederhana ini, hanya pendapat dan pelajaran yang
saya dapatkan. Semua pasti sudah mengalami atau akan mengalaminya suatu
saat nanti. Mohon maaf jika ada poin yang berbeda prinsip dengan Anda..
:) Karena semua pure datang dari kehidupan dan pengalaman disekitar…
tentu saja Anda dapat memberikan komentar, kritikan, dan masukan kepada
saya :) Dengan senang hati saya menunggu..**(arnitasari)
Sumber inspirasi: kehidupan setiap rentang masa yang dilewati, buku “every young women’s battle”, film “what may come”…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar